Fakta-Fakta Unik Mengenai Agats, Ibukota Kabupaten Asmat (Part 1)


Tugu Tangan, Landmark Kota Agats
Agats, Ibukota Kabupaten Asmat, Papua, awalnya merupakan bagian dari Kabupaten Merauke dan berdiri sendiri menjadi sebuah Kabupaten pada tahun 2003. Kabupaten Asmat terdiri dari 24 distrik/kecamatan, 124 kampung/desa dan dihuni oleh suku Asmat yang terdiri dari 12 FAR (Forum Adat Rumpun). Agats sebagai Ibukota Kabupaten menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian. Sebagian besar penduduknya adalah pendatang yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Kota yang memiliki luas sekitar 423 Ha ini dibangun di daerah hutan mangrove dengan substrat berlumpur dan memiliki banyak keunikan, diantaranya :
Kota Agats dilihat dari atas. Sumber : Asmat Photography, 2016
1.  Kota yang terkena Kutukan

Dahulu kota Agats sama seperti daerah pada umumnya di Indonesia yang bagunannya di bangun langsung di atas tanah. Dari cerita yang beredar di masyarakat, terjadinya perubahan di Agats karena mendapat kutukan. Dahulu, ada seorang misionaris bernama Jan Smith yang datang ke kota ini untuk meyebarkan agama, setelah sekian lama tinggal di tempat ini tiba-tiba tanpa sebab yang pasti Pastor Jan ditemukan meninggal dibunuh dengan cara ditembak. Tidak diketahui siapa yang membunuh dan apa motifnya. Namun, sebelum meninggal Pastor Jan Smith berucap bahwa suatu saat kota ini akan tergenang oleh air. Tidak lama setelah kematian Pastor Jan Smith, Agats kemudian terendam air laut, masyarakat sudah tidak bisa lagi membangun rumah langsung di atas tanah, harus membuat rumah panggung begitupula dengan jalan rayanya. Tanah yang keras berganti menjadi lumpur dan tumbuhan mangrove tumbuh menggantikan tumbuhan yang sebelumnya pernah tumbuh, Agats berubaha menjadi daerah Rawa. Hal ini menyebabkan, ucapan Pastor Jan dianggap sebagai kutukan dan menjadi legenda bagi masyarakat hingga saat ini.

Patung Pastor Jan Smith dibuat sebagai bentuk penghormatan kepadanya

Patung terletak di Pelabuhan Feri tepat di pinggir sungai Aswet

2. Memiliki beberapa Julukan

Kota Di Atas Papan  diberi julukan ini karena semua bangunan di kota ini terbuat dari papan dari gedung perkantoran, hotel, rumah sakit, sekolah, rumah masyarakat dan lainnya, begitupula dengan jalan rayanya. Kota ini dibangun di daerah hutan mangrove yang substratnya berupa lumpur yang tidak stabil dan di pengaruhi arus pasang surut air laut sehingga tidak memungkinkan untuk membangun rumah langsung diatas tanah. Karena di bangun di atas tanah berlumpur maka diberi pula julukan Kota Di atas Lumpur. Jalanan dibangun seperti jembatan-jembatan sehingga di bagian bawahnya ada ruang untuk pergerakan pasang surut air laut, begitupula dengan bangunannya harus dibuat tinggi alias bentuk rumah panggung. Bangunan harus lebih tinggi dari air pasang tinggi tahunan, jika lebih rendah maka dipastikan saat air pasang maka bangunan itu akan terendam air laut. Banyaknya tiang-tiang/umpak yang digunakan untuk membangun rumah dan jalan raya di kota ini sehingga ia juga diberi julukan Kota Seribu Tiang. 

Jalanan Kayu di Kota Agats


di lokasi yang sedikit lebih tinggi sudah banyak di tumbuhi rumput


Negeri Manusia Setengah Dewa, diberi sebutan ini karena selama berada di Agats kita tidak pernah menginjak tanah. Dimanapun dan kapanpun yang kita injak adalah papan, kecuali saat masuk ke hutan. Dengan tidak pernah menginjak tanah masyarakat bilang itu sama seperti dewa yang juga tidak pernah menginjak tanah, hanya yang membedakan dewa tinggalnya bukan di bumi tapi karena orang di Agats masih tinggal di bumi jadilah mereka manusia setengah dewa.

Katedral Agats

Kantor Dinas Perikanan Asmat


Gedung DPRD Asmat
Lapangan Yosudarso
Lapangan Yosudarso menjadi satu-satunya daerah terbuka yang bisa di akses oleh semua orang. Semua acara-acara besar Kabupaten di adakan di tempat ini. Tempat yang paling bagus buat bermain sepak bola, walaupun terbuat dari papan tetapi orang-orang sudah ahli bermain diatasnya. Yang melelahkan saat bermain bola di tempat ini jika bola jatuh ke lumpur, kita harus turun ke bawah mengambil bola, sudah jauh di tambah berlumpur maka lengkaplah sudah penderitaan. Orang yang ingin memiliki halaman rumah harus membuat halamannya dari papan, terkadang di beri pagar yang cukup tinggi sehingga kalau anak mereka bermain tidak jatuh ke dalam lumpur. 
lapangan sekolah yang tetap mempertahankan mangrove untuk tumbuh di halaman sekolah, tidak menebangnya

SMP YPPK Agats
Di halaman rumah yang tumbuh adalah mangrove tidak ada tumbuhan yang lain, tidak ada yang namanya pohon mangga, jambu dan sebagainya. Kalau mau menanam tanaman lain yang tidak bisa hidup di air asin maka harus membuat gundukan yang tinggi agar tidak terkena air laut saat pasang.

Dengan mempertahankan mangrove maka kota Agats tetap hijau


Gundukan dibuat di halaman rumah untuk menanam pohon dan bunga

2.       Pembangunan Jalan

Kebutuhan akan kayu di kota ini sangat besar, melihat pembangunannya yang 100% menggunakan material kayu. Hutan di kabupaten ini memang sangat luas namun jika kayunya terus diambil maka nantinya hutan akan rusak. Bangunan jika sudah berumur diatas 20 tahun maka harus di ganti dengan bangunan baru, begitu pula jalanan setiap 5 tahun harus di ganti dimana semuanya membutuhkan kayu baru. Sekarang kayu-kayu berukuran besar jumlahnya sudah sangat terbatas, yang ada kayu berukuran kecil. Melihat persediaan kayu yang semakin sedikit dan untuk menjaga kelestarian hutan, Pemerintah kabupaten mulai mencari alternatif lain pengganti kayu.

Saat ini, sebagian besar jalanan utama di kota Agats dibangun dari beton. Menggunakan beton harus mengeluarkan biaya yang lebih besar, bahan-bahan dan pekerjanya di datangkan dari Surabaya dan Makassar. Tetapi jalanan ini lebih kuat dan tahan lama. Proses pembangunannya cukup sulit, karena tidak ada mobil jadi bahan-bahan yang sudah tiba di pelabuhan harus diangkut menggunakan gerobak ke lokasi pembangunan.

Pengangkutan material menggunakan gerobak. Material di masukkan ke dalam karung agar lebih mudah dibawa

Butuh tenaga banyak orang untuk mengangkut satu baja yang berat ini, mendorongnya menggunakan gerobak ke lokasi pembangunan

Menanam umpak/tiang jalan yang terbuat dari besi sepanjang 14 m ke dalam tanah

Pasir dimasukkan terlebih dahulu ke dalam karung sebelum diangkut ke lokasi pengerjaan jalan

Jalanan papan sebelum di ganti menjadi beton

Jalanan Papan mulai di bongkar

pemasangan rangka baja untuk jalanan beton

Jalanan beton yang telah selesai

Sebelum jalanan papan di bongkar, terlebih dahulu dibuat jalanan darurat di sebalah kiri dan kanan jalanan

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Wah anak ini, saya malah baru tahu banyak tentang Agats di sini.
    Pantas paling malas menjawab kalau ditanya-tanya, ternyata sudah disimpan di kepala dan dijawab pake tulisan. Keren, keep writing ade nona.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Perasaan bolak-balik jaki Agats kak, jadi tidak perlu diceritakan kita taumi semua tentang Agats, hehe. tunggu maki part 2 nya, sampai part 6 ini, kayak tersanjung, hahahaha

      Hapus
  3. Wah baru tau ada blog ini. Kapan ada part lanjutannya ini? Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, bgmn kamu bisa menemukannya, kapan2 pi kulanjutkan i,hehe

      Hapus
  4. Wah luar biasa.... Penasaran ni dng part part berikutnya.... Heehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hola om Agus, makasih om, ditunggu saja lanjutannya.hehehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer